Desa Tenganan Pegringsingan

Desa Tenganan Pegringsingan: Warisan Budaya Bali Aga

Jalanjalan.it.comDesa Tenganan Pegringsingan di Bali, desa Bali Aga yang kaya tradisi, tenun gringsing, dan adat budaya unik yang masih lestari.

Bali di kenal luas sebagai pulau seribu pura dengan keindahan alam dan budaya yang mempesona. Namun, di balik popularitas pariwisatanya, terdapat sebuah desa adat yang menyimpan keunikan tersendiri, yaitu Desa Tenganan Pegringsingan. Terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, desa ini di kenal sebagai desa Bali Aga, yaitu komunitas asli Bali sebelum pengaruh Majapahit.

Keunikan Desa Tenganan Pegringsingan tidak hanya terletak pada tata ruang desa dan arsitektur rumah warganya, tetapi juga pada tradisi, adat istiadat, serta tenun khas yang di sebut kain gringsing. Keaslian budaya yang masih terjaga menjadikan desa ini sebagai salah satu ikon wisata budaya Bali.

BACA JUGA : Gunung Merapi Ikon Gunung Api di Jawa Tengah

Sejarah dan Asal Usul Desa Tenganan

Menurut cerita masyarakat setempat, Desa Tenganan memiliki hubungan erat dengan kisah kuda sakti milik Raja Bedahulu. Kuda tersebut bernama Uccaisrawa yang kemudian hilang. Raja menjanjikan hadiah kepada siapa pun yang berhasil menemukannya. Setelah di temukan di wilayah Karangasem, Raja memberikan tanah kepada penemu kuda tersebut. Dari situlah Desa Tenganan terbentuk dan di huni oleh masyarakat Bali Aga yang masih menjaga tradisi leluhurnya hingga sekarang.

Masyarakat Bali Aga memiliki kepercayaan dan aturan adat yang sangat ketat, di sebut awig-awig. Aturan ini mengatur hampir seluruh aspek kehidupan, mulai dari pernikahan, pola bercocok tanam, hingga tata kelola lingkungan. Dengan adanya awig-awig, desa ini mampu menjaga kelestarian budaya dan keseimbangan alam secara turun-temurun.

Arsitektur dan Tata Ruang Desa

Desa Tenganan Pegringsingan memiliki tata ruang yang berbeda di bandingkan desa-desa Bali pada umumnya. Rumah-rumah penduduk tersusun rapi dalam deretan memanjang dengan halaman luas di depan rumah. Bahan bangunannya sebagian besar menggunakan batu, tanah liat, dan kayu, sehingga memberikan kesan alami sekaligus tradisional.

Di tengah desa terdapat bale banjar, tempat berlangsungnya musyawarah maupun kegiatan adat. Jalan desa menggunakan batu kali yang menambah nuansa khas pedesaan kuno. Tata ruang ini mencerminkan filosofi keseimbangan hidup masyarakat Bali Aga yang selalu menyatu dengan alam dan spiritualitas.

Tradisi dan Upacara Adat

Desa Tenganan Pegringsingan di kenal memiliki banyak tradisi unik yang masih di jalankan hingga sekarang. Salah satunya adalah Perang Pandan atau Mekare-kare, sebuah upacara untuk menghormati Dewa Indra, dewa perang dalam kepercayaan Hindu. Dalam tradisi ini, para pemuda saling bertarung dengan menggunakan pandan berduri sebagai senjata, di iringi gamelan selonding khas desa tersebut.

Selain Perang Pandan, masyarakat Desa Tenganan juga melaksanakan upacara adat lainnya seperti Usaba Sambah, yang berlangsung selama sebulan penuh. Upacara ini melibatkan seluruh warga dan menjadi simbol persatuan serta penghormatan pada leluhur.

Kain Tenun Gringsing: Ikon Desa Tenganan

Salah satu warisan budaya paling terkenal dari Desa Tenganan adalah kain gringsing. Kata “gringsing” berasal dari kata “gring” yang berarti sakit dan “sing” yang berarti tidak. Dengan demikian, gringsing memiliki makna penolak bala atau pelindung dari penyakit dan bahaya.

Kain gringsing di buat dengan teknik ikat ganda (double ikat) yang sangat langka dan hanya bisa di temukan di dua tempat di dunia: Desa Tenganan di Bali dan India. Proses pembuatannya membutuhkan waktu bertahun-tahun karena melibatkan pewarnaan alami serta keterampilan tinggi.

Kain ini tidak hanya bernilai estetis, tetapi juga memiliki fungsi sakral. Biasanya digunakan dalam upacara adat, pernikahan, maupun ritual keagamaan. Tidak heran bila kain gringsing memiliki nilai yang sangat tinggi, baik dari sisi budaya maupun ekonomi.

Desa Tenganan Sebagai Destinasi Wisata

Dengan segala keunikan yang dimiliki, Desa Tenganan Pegringsingan menjadi salah satu destinasi wisata budaya populer di Bali. Wisatawan yang datang bisa menyaksikan langsung kehidupan masyarakat Bali Aga, menikmati keindahan arsitektur desa, serta melihat proses pembuatan kain gringsing.

Suasana desa yang tenang dan jauh dari hiruk-pikuk perkotaan membuat pengunjung merasakan pengalaman berbeda. Selain itu, keramahan penduduk lokal dan keterbukaan mereka dalam mengenalkan budaya menjadikan kunjungan ke desa ini semakin berkesan.

Pelestarian Budaya dan Tantangan

Meskipun pariwisata berkembang, masyarakat Desa Tenganan tetap menjaga tradisi dan aturan adat yang telah diwariskan leluhur. Awig-awig menjadi pedoman utama agar modernisasi tidak menggerus identitas budaya mereka. Pemerintah daerah bersama masyarakat juga berupaya menjaga kelestarian lingkungan, arsitektur, serta mendukung promosi kain gringsing ke mancanegara.

Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam hal menjaga generasi muda agar tetap mencintai dan melestarikan tradisi. Upaya edukasi dan pengenalan budaya sejak dini diharapkan dapat memperkuat rasa memiliki terhadap warisan leluhur.

Kesimpulan

Desa Tenganan Pegringsingan adalah bukti nyata kekayaan budaya Bali yang masih bertahan di tengah arus globalisasi. Dengan arsitektur unik, tradisi sakral, serta kain gringsing yang melegenda, desa ini bukan sekadar destinasi wisata, tetapi juga pusat pembelajaran budaya yang berharga. Mengunjungi Desa Tenganan berarti menyelami jejak Bali kuno yang otentik dan sarat makna, sebuah pengalaman yang sulit ditemukan di tempat lain.