Jalanjalan.it.com – Desa Adat Pampang di Samarinda adalah pusat budaya suku Dayak Kenyah yang menampilkan tradisi, tarian, dan rumah lamin yang megah.
Pendahuluan
Indonesia dikenal dengan keanekaragaman budaya yang luar biasa, dan salah satu warisan yang masih terjaga dengan baik adalah Desa Adat Pampang di Samarinda, Kalimantan Timur. Desa ini merupakan rumah bagi suku Dayak Kenyah, salah satu sub-suku Dayak yang dikenal dengan keindahan seni, rumah adat megah, serta tradisi yang sarat makna.
Desa Adat Pampang bukan hanya tempat tinggal masyarakat adat, tetapi juga pusat pelestarian budaya yang menjadi daya tarik wisata nasional maupun internasional. Setiap sudut desa memancarkan pesona khas Borneo — mulai dari tarian, ukiran, hingga pakaian adat yang penuh warna dan filosofi.
BACA JUGA : Hutan Adat Maluku Utara yang Sakral
Sejarah dan Asal Usul Desa Adat Pampang
Desa Adat Pampang berdiri sekitar tahun 1960-an, ketika sekelompok masyarakat Dayak Kenyah dari wilayah Apokayan, pedalaman Kalimantan, berpindah ke daerah Samarinda untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Pemerintah setempat kemudian membantu mengembangkan wilayah ini sebagai desa wisata budaya, agar masyarakat Dayak Kenyah dapat melestarikan tradisinya tanpa kehilangan identitas di tengah modernisasi.
Seiring waktu, Desa Pampang berkembang menjadi ikon wisata budaya Kalimantan Timur, tempat di mana pengunjung dapat menyaksikan langsung kehidupan masyarakat Dayak dengan segala keaslian dan kehangatan mereka.
Lokasi dan Akses Desa Adat Pampang
Desa Adat Pampang terletak sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Samarinda, tepatnya di Kecamatan Samarinda Utara. Lokasinya mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum, dengan waktu tempuh sekitar 30–40 menit dari pusat kota.
Di sepanjang perjalanan menuju desa, pengunjung akan disuguhi pemandangan alam khas Kalimantan yang hijau dan asri. Setibanya di pintu masuk desa, terdapat gapura megah bertuliskan “Selamat Datang di Desa Budaya Pampang” dengan ukiran khas Dayak yang menjadi simbol penyambutan bagi para tamu.
Daya Tarik Utama Desa Adat Pampang
1. Rumah Lamin: Pusat Aktivitas Budaya Desa Adat Pampang
Rumah adat utama di Desa Pampang disebut Rumah Lamin, bangunan kayu besar yang menjulang tinggi dan menjadi pusat kegiatan masyarakat adat. Selain itu, rumah ini berfungsi sebagai tempat berkumpul, upacara adat, dan pertunjukan budaya.
Dinding dan tiangnya di hiasi dengan ukiran khas Dayak yang menggambarkan hewan, tumbuhan, dan simbol-simbol spiritual. Setiap ukiran memiliki makna mendalam — melambangkan perlindungan, kesuburan, dan hubungan manusia dengan alam.
2. Tarian Tradisional Dayak Kenyah
Salah satu daya tarik paling terkenal dari Desa wisata Pampang adalah pertunjukan tari adat Dayak Kenyah yang di gelar setiap hari Minggu di Rumah Lamin.
Tarian-tarian seperti Tari Gong, Tari Enggang, dan Tari Hudoq menjadi simbol keindahan sekaligus kekuatan spiritual masyarakat Dayak. Penari pria dan wanita mengenakan pakaian tradisional berhiaskan bulu burung enggang, manik-manik warna-warni, serta hiasan kepala megah yang di sebut lavung.
Gerakan tari yang lembut dan iringan musik khas dari gong serta alat musik sampe menciptakan suasana magis yang memukau pengunjung.
3. Seni Ukir dan Kerajinan Tangan
Desa Wisata Pampang juga di kenal sebagai pusat seni ukir khas Dayak. Setiap ukiran pada perabot, topeng, dan patung memiliki nilai filosofis serta di gunakan dalam upacara adat.
Selain itu, para pengrajin lokal memproduksi perhiasan manik-manik, kain tenun, dan senjata tradisional mandau yang di jual sebagai cendera mata bagi wisatawan.
Dengan membeli hasil karya masyarakat lokal, pengunjung turut mendukung ekonomi kreatif dan keberlanjutan budaya Dayak Kenyah.
4. Upacara Adat dan Ritual Budaya
Desa Adat Pampang masih mempertahankan berbagai upacara adat, seperti Upacara Belian untuk penyembuhan penyakit, Upacara Pelas Tahun sebagai ungkapan syukur panen, serta Upacara Penyambutan Tamu Kehormatan.
Ritual-ritual ini tidak hanya memiliki nilai spiritual, tetapi juga menjadi bentuk ekspresi hubungan harmonis antara manusia, leluhur, dan alam.
Nilai Budaya dan Filosofi Masyarakat Dayak Kenyah
Masyarakat Desa Pampang hidup dengan filosofi “Belom Bahadat”, yang berarti “hidup dengan adat dan tata krama”. Prinsip ini mengajarkan bahwa manusia harus menghormati sesama, menjaga alam, dan mempertahankan warisan leluhur.
Kehidupan mereka sarat dengan nilai-nilai gotong royong, kebersamaan, dan rasa hormat terhadap tradisi. Walaupun sebagian masyarakat kini telah mengenal modernisasi, semangat menjaga budaya tetap menjadi kebanggaan utama.
Wisata Edukasi dan Budaya
Desa Wisata Pampang bukan sekadar destinasi wisata, tetapi juga tempat belajar tentang kebudayaan Dayak. Banyak sekolah dan universitas mengadakan kunjungan edukatif untuk mengenal lebih dekat sejarah, kesenian, dan kehidupan masyarakat adat di sini.
Selain menonton pertunjukan tari, wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan warga, belajar membuat kerajinan manik, atau mencoba mengenakan pakaian adat Dayak lengkap dengan hiasan kepala bulu enggang.
Dampak Ekonomi dan Pariwisata
Keberadaan Desa Wisata Pampang memberikan dampak positif bagi ekonomi masyarakat setempat. Melalui kegiatan wisata budaya, masyarakat memperoleh penghasilan dari tiket pertunjukan, penjualan kerajinan, hingga kuliner lokal.
Selain itu, desa ini turut memperkuat identitas budaya Kalimantan Timur sebagai daerah yang kaya tradisi dan kearifan lokal. Pemerintah daerah juga terus mendukung pengembangan infrastruktur dan promosi agar Desa Pampang semakin di kenal di kancah nasional dan internasional.
Kesimpulan
Desa Adat Pampang adalah simbol keindahan dan kekayaan budaya suku Dayak Kenyah yang masih terjaga hingga kini. Dengan tarian tradisional yang memukau, rumah adat megah, dan masyarakat yang ramah, desa ini menjadi destinasi wisata budaya yang tak boleh di lewatkan di Kalimantan Timur.
Lebih dari sekadar tempat wisata, Desa Wisata Pampang adalah cermin dari semangat masyarakat Dayak dalam menjaga warisan leluhur di tengah arus modernisasi. Melalui pelestarian dan dukungan berkelanjutan, desa ini akan terus berdiri kokoh sebagai penjaga identitas budaya bangsa Indonesia.