Desa Adat Sade

Desa Adat Sade: Pesona Budaya Sasak yang Masih Terjaga

Jalanjalan.it.comDesa Adat Sade di Lombok Tengah menyimpan warisan budaya suku Sasak yang masih asli, dari arsitektur tradisional hingga kehidupan masyarakatnya.

Pendahuluan

Di tengah pesatnya perkembangan pariwisata Lombok, masih ada tempat yang menjaga tradisi dan budaya leluhur dengan teguh. Salah satunya adalah Desa Adat Sade, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

Desa ini menjadi saksi hidup bagaimana masyarakat suku Sasak mempertahankan adat dan gaya hidup tradisional mereka di tengah modernisasi. Dari rumah-rumah beratap ilalang, lantai tanah yang dipoles dengan kotoran kerbau, hingga sistem sosial yang masih memegang teguh nilai-nilai leluhur — semua menjadi daya tarik luar biasa bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.


BACA JUGA : Gunung Lawu Mistis dan Penuh Sejarah di Jawa

Sejarah dan Asal Usul Desa Adat Sade

Desa Adat Sade sudah berdiri selama lebih dari 600 tahun dan menjadi salah satu permukiman tertua suku Sasak di Lombok. Nama “Sade” sendiri diyakini berasal dari kata dalam bahasa Sasak yang berarti “keteguhan” atau “kekuatan”.

Masyarakat Sade masih memegang teguh prinsip hidup yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Mereka percaya bahwa hidup harus dijalani dengan sederhana, selaras dengan alam, dan selalu menghormati leluhur.
Karena itu, hingga kini mereka tetap mempertahankan pola kehidupan tradisional, baik dalam hal arsitektur rumah, adat istiadat, maupun sistem sosialnya.


Arsitektur dan Tata Letak Desa Adat Sade

Salah satu daya tarik utama Desa Sade adalah arsitektur rumah adatnya yang unik dan sarat makna. Rumah-rumah di desa ini dibangun menggunakan bahan alami seperti bambu, kayu, alang-alang, dan tanah liat.

1. Bale Tani (Rumah Utama)

Rumah utama di sebut Bale Tani, tempat tinggal kepala keluarga dan anggota rumah tangga. Bentuknya panggung rendah dengan atap runcing dari alang-alang kering, dirancang agar tahan panas dan hujan.

2. Bale Bonter

Rumah ini berfungsi sebagai tempat berkumpul atau menyelenggarakan upacara adat. Di sinilah berbagai ritual seperti pernikahan atau upacara keagamaan di laksanakan.

3. Lumbung (Tempat Penyimpanan Padi)

Simbol paling terkenal dari Desa Sade adalah Lumbung, bangunan berbentuk unik dengan atap runcing dan tiang kayu tinggi. Lumbung di gunakan untuk menyimpan hasil panen dan juga melambangkan kesejahteraan keluarga.

Tata letak desa pun memiliki filosofi tersendiri. Rumah-rumah di susun mengikuti kontur tanah, bukan berdasarkan garis lurus, melambangkan kehidupan yang mengalir mengikuti alam.


Tradisi dan Kehidupan Masyarakat Desa Adat Sade

Masyarakat Desa Adat Sade masih hidup dengan cara yang sederhana dan tradisional. Mereka mengandalkan pertanian, tenun, dan pariwisata sebagai sumber penghidupan.

1. Menenun Sebagai Warisan Perempuan

Bagi perempuan Sasak, menenun bukan hanya keterampilan, tetapi kewajiban adat. Seorang gadis tidak di anggap dewasa atau siap menikah sebelum bisa menenun kain sendiri.
Kain tenun Sade di buat dengan teknik tradisional tanpa mesin, menggunakan pewarna alami dari tumbuhan seperti daun indigo, akar mengkudu, dan kulit kayu.

Motif tenun mereka memiliki makna filosofis — menggambarkan alam, spiritualitas, dan kehidupan sosial masyarakat Sasak.

2. Tradisi Pernikahan Unik Desa Adat Sade

Salah satu tradisi khas Desa Sade adalah “merarik”, yaitu prosesi pernikahan di mana calon mempelai laki-laki “menculik” calon istrinya pada malam hari sebagai simbol keberanian dan tanggung jawab.
Meski terdengar ekstrem, tradisi ini di lakukan secara adat dan dengan persetujuan kedua keluarga. Setelah prosesi “penculikan”, akan di adakan musyawarah adat untuk menentukan tanggal pernikahan resmi.

3. Upacara Adat dan Keagamaan

Masyarakat Desa Sade mayoritas beragama Islam, namun mereka masih memadukan unsur kepercayaan leluhur dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa upacara adat yang masih di jalankan antara lain Ritual Nyiu (upacara kematian), Ngurisang (pemotongan rambut bayi), dan Upacara Padi sebagai bentuk syukur atas panen.


Keunikan Gaya Hidup dan Filosofi Desa Adat Sade

Meskipun menjadi destinasi wisata terkenal, masyarakat Sade tetap berpegang teguh pada prinsip hidup sederhana. Tidak ada listrik berlebihan, teknologi modern sangat di batasi, dan hubungan sosial antarwarga sangat erat.

Mereka percaya bahwa kebersihan dan kesucian rumah mencerminkan hati penghuninya. Karena itu, lantai rumah dari tanah liat sering di lapisi dengan campuran kotoran kerbau yang di percaya dapat membuat lantai halus, kuat, dan bebas serangga.

Selain itu, masyarakat Sade juga masih mempraktikkan gotong royong dalam segala aspek kehidupan — mulai dari membangun rumah, panen, hingga upacara adat. Nilai-nilai ini menjadi cermin kearifan lokal yang masih hidup hingga sekarang.


Pariwisata Budaya di Desa Adat Sade

Desa Sade kini menjadi salah satu ikon wisata budaya di Lombok Tengah. Setiap tahun, ribuan wisatawan datang untuk menyaksikan keaslian kehidupan masyarakat Sasak.

Wisatawan dapat menikmati berbagai aktivitas menarik, seperti:

  • Melihat proses menenun kain tradisional secara langsung.
  • Belajar filosofi adat dan simbol rumah tradisional.
  • Mencicipi kuliner khas Lombok buatan warga setempat.
  • Berfoto di antara deretan lumbung dan rumah adat yang fotogenik.

Masyarakat Sade menerima wisatawan dengan ramah, sambil tetap menjaga batas antara tradisi dan modernitas. Pengunjung diajak menghargai nilai-nilai budaya dan berinteraksi secara sopan dengan penduduk.


Upaya Pelestarian dan Tantangan Modernisasi

Meski Desa Sade telah menjadi destinasi wisata populer, tantangan terbesar mereka adalah menjaga keaslian budaya di tengah arus globalisasi.
Pemerintah daerah bersama tokoh adat berusaha menyeimbangkan sektor pariwisata dan pelestarian budaya, agar desa ini tidak berubah menjadi sekadar atraksi wisata tanpa makna.

Pelatihan budaya, pembinaan tenun, dan promosi wisata berbasis masyarakat menjadi langkah nyata untuk memastikan tradisi Sade tetap lestari tanpa kehilangan jati diri.


Kesimpulan

Desa Adat Sade di Lombok Tengah adalah contoh nyata bagaimana masyarakat dapat mempertahankan warisan budaya leluhur di tengah kemajuan zaman.
Dengan arsitektur khas, tradisi unik, serta filosofi hidup sederhana dan harmonis dengan alam, desa ini menjadi cermin keaslian budaya Sasak yang menginspirasi banyak orang.

Mengunjungi Desa Sade bukan sekadar perjalanan wisata, tetapi sebuah pengalaman spiritual dan budaya — mengajarkan kita arti kesederhanaan,kebersamaan, dan rasa hormat terhadap alam serta tradisi.