Jalanjalan.it.com – Desa Trunyan di Bali terkenal dengan tradisi pemakaman unik, keindahan Danau Batur, dan pesona budaya mistis yang menarik wisatawan.
Sejarah Desa Trunyan Bali
Desa Trunyan adalah salah satu desa adat di Bali yang memiliki keunikan budaya sekaligus daya tarik mistis bagi wisatawan. Terletak di tepi timur Danau Batur, Kintamani, Bangli, desa ini di kenal karena tradisi pemakaman yang berbeda dari kebanyakan masyarakat Bali. Nama “Trunyan” sendiri di yakini berasal dari pohon Taru Menyan, yang berarti pohon harum. Pohon inilah yang di percaya mampu menghilangkan bau jenazah dalam tradisi pemakaman masyarakat setempat.
BACA JUGA : Taman Ujung Karangasem Bali Situs Sejarah Megah
Lokasi dan Akses Desa Trunyan Bali
Desa Trunyan berada di kawasan Kintamani, sekitar 65 kilometer dari Denpasar. Untuk mencapai desa ini, wisatawan biasanya menggunakan perahu dari Dermaga Kedisan menyeberangi Danau Batur. Perjalanan singkat ini justru menjadi pengalaman tersendiri karena menawarkan pemandangan indah pegunungan dan danau.
Tradisi Pemakaman Unik
Yang membuat Desa Trunyan terkenal adalah tradisi pemakamannya. Berbeda dengan masyarakat Bali lainnya yang umumnya melakukan ngaben (pembakaran mayat), masyarakat Trunyan hanya meletakkan jenazah di bawah pohon Taru Menyan tanpa di kubur atau di bakar.
Meskipun jenazah di biarkan terbuka, tidak tercium bau busuk berkat keharuman alami dari pohon Taru Menyan. Tengkorak dan tulang belulang yang telah lama membusuk kemudian di susun rapi di sekitar area pemakaman, menciptakan suasana mistis yang sering membuat wisatawan merinding sekaligus penasaran.
Kehidupan Masyarakat Desa Trunyan Bali
Masyarakat Desa Trunyan masih memegang teguh adat dan tradisi leluhur. Mereka hidup sederhana dengan mengandalkan hasil pertanian, perikanan, serta pariwisata. Kehidupan spiritual sangat kental di desa ini, dan aturan adat di tegakkan secara ketat.
Kearifan lokal tercermin dalam keseharian mereka, di mana masyarakat menghormati alam, menjaga pohon Taru Menyan, serta melaksanakan upacara-upacara adat yang sarat makna spiritual.
Daya Tarik Wisata
Selain tradisi pemakaman yang unik, Desa Trunyan juga menawarkan pesona alam yang indah:
- Pemandangan Danau Batur: Air danau yang tenang di kelilingi pegunungan memberikan panorama menakjubkan.
- Gunung Batur: Wisatawan dapat melihat gagahnya Gunung Batur dari desa ini.
- Kebudayaan Asli Bali Aga: Desa Trunyan termasuk bagian dari komunitas Bali Aga, masyarakat Bali asli yang memiliki tradisi berbeda dari mayoritas Bali modern.
- Wisata Mistis: Banyak wisatawan datang karena penasaran dengan atmosfer mistis pemakaman Trunyan.
Mitos dan Kepercayaan Lokal
Keberadaan pohon Taru Menyan yang bisa menghilangkan bau jenazah di anggap sebagai anugerah suci. Menurut kepercayaan masyarakat, pohon ini hanya bisa tumbuh di Trunyan dan menjadi simbol perlindungan spiritual.
Ada pula mitos bahwa masyarakat luar yang tidak mengikuti aturan adat tidak di perkenankan di makamkan di sana, karena di anggap dapat mengganggu harmoni spiritual desa.
Tantangan dan Pelestarian
Meski menarik, Desa Trunyan menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara adat, lingkungan, dan pariwisata. Peningkatan jumlah wisatawan perlu diatur agar tidak merusak nilai sakral desa. Upaya pelestarian budaya dilakukan melalui pengawasan ketat oleh tokoh adat serta edukasi kepada pengunjung tentang aturan dan tata krama saat memasuki kawasan pemakaman.
Kesimpulan
Desa Trunyan di Bali adalah destinasi wisata unik yang memadukan keindahan alam, kekayaan budaya, dan tradisi mistis. Tradisi pemakaman di bawah pohon Taru Menyan menjadi daya tarik utama yang tidak ditemukan di tempat lain.
Dengan tetap menjaga nilai adat dan budaya, Desa Trunyan bukan hanya menawarkan pengalaman wisata berbeda, tetapi juga memberi pelajaran tentang kearifan lokal dalam memaknai kehidupan dan kematian.