Festival Bulan Hantu

Festival Bulan Hantu: Tradisi Etnis Tionghoa Penuh Makna

Jalanjalan.it.com – Budaya Tionghoa memiliki beragam tradisi yang kaya akan nilai spiritual dan filosofis. Salah satu yang paling unik dan penuh makna adalah Festival Bulan Hantu atau di kenal juga dengan Zhongyuan Jie. Festival ini di rayakan setiap tahun pada bulan ketujuh dalam kalender lunar Tionghoa, yang diyakini sebagai saat pintu alam baka terbuka sehingga roh leluhur maupun roh gentayangan turun ke bumi.


Asal-Usul Festival Bulan Hantu

Festival Bulan Hantu telah di rayakan selama ribuan tahun di Tiongkok dan terus lestari di berbagai komunitas Tionghoa di seluruh dunia, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Akar tradisinya berasal dari perpaduan ajaran Taoisme, Buddhisme, dan kepercayaan rakyat Tionghoa.

Dalam kepercayaan Taoisme, bulan ketujuh di kenal sebagai bulan para roh, sementara dalam Buddhisme di kenal dengan Festival Ullambana, saat umat melakukan doa untuk membebaskan arwah dari penderitaan.


Tradisi dan Ritual dalam Perayaan

Festival ini biasanya berlangsung sepanjang bulan ketujuh kalender lunar, dengan puncaknya pada tanggal 15. Beberapa tradisi utama yang di lakukan masyarakat Tionghoa antara lain:

  1. Persembahan Makanan
    Meja altar di penuhi dengan buah, daging, kue, dan minuman yang di persembahkan untuk leluhur maupun roh yang tidak memiliki keluarga.
  2. Pembakaran Hio dan Kertas Sembahyang
    Hio (dupa) dinyalakan sebagai penghormatan, sementara kertas uang arwah dan replika benda-benda duniawi di bakar agar sampai ke alam baka.
  3. Pertunjukan Wayang dan Opera Tionghoa
    Di beberapa daerah, di adakan pertunjukan budaya seperti opera atau wayang khas Tionghoa. Kursi barisan depan biasanya sengaja di biarkan kosong sebagai tempat roh.
  4. Pelepasan Lentera Air
    Lentera di nyalakan dan dihanyutkan ke sungai atau laut sebagai simbol penerangan jalan bagi roh kembali ke alamnya.


Makna Spiritual dan Filosofis

Bagi etnis Tionghoa, Festival Bulan Hantu mengajarkan nilai-nilai luhur, di antaranya:

  • Filial Piety (Bakti pada Leluhur) – menghormati dan mengingat jasa leluhur.
  • Kepedulian – memberikan doa dan persembahan kepada roh-roh tak di kenal yang tidak memiliki keluarga.
  • Refleksi Hidup – mengingatkan manusia akan kefanaan dan pentingnya berbuat kebajikan.

Dengan demikian, festival ini bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga sarana mempererat ikatan keluarga dan komunitas.


Festival Bulan Hantu di Indonesia

Di Indonesia, festival ini masih di rayakan dengan meriah, terutama di kawasan dengan komunitas Tionghoa besar seperti Glodok (Jakarta), Singkawang (Kalimantan Barat), dan Medan (Sumatera Utara).

Selain persembahan, masyarakat juga menggelar pertunjukan barongsai, pawai budaya, dan bazar kuliner. Tradisi ini sekaligus menjadi atraksi wisata budaya yang menarik perhatian masyarakat luas.


Kesimpulan

Festival Bulan Hantu etnis Tionghoa adalah warisan budaya yang sarat dengan makna spiritual, penghormatan pada leluhur, dan kepedulian sosial. Perayaan ini tidak hanya memperlihatkan keindahan ritual tradisional, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai universal seperti bakti, kebajikan, dan solidaritas.

Bagi masyarakat Tionghoa di mana pun berada, festival ini tetap menjadi momen penting untuk memperkuat identitas budaya. Dan Jugaekaligus menjaga warisan leluhur agar terus lestari dari generasi ke generasi.