Jalanjalan.it.com – Istana Raja Bima di Nusa Tenggara Barat adalah situs sejarah megah peninggalan Kesultanan Bima yang mencerminkan kejayaan budaya dan arsitektur masa lalu.
Pendahuluan
Nusa Tenggara Barat (NTB) bukan hanya di kenal karena keindahan alamnya, tetapi juga kekayaan sejarah dan budayanya. Salah satu peninggalan sejarah yang paling terkenal di wilayah ini adalah Istana Raja Bima, atau yang di kenal juga dengan nama Asi Mbojo. Istana ini menjadi simbol kejayaan Kesultanan Bima, salah satu kerajaan Islam yang berpengaruh di wilayah timur Indonesia pada masa lampau.
Bangunan megah ini tidak hanya memiliki nilai sejarah tinggi, tetapi juga menjadi bukti nyata kemajuan peradaban masyarakat Bima dalam bidang arsitektur, politik, dan kebudayaan. Hingga kini, Istana Raja Bima menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin menelusuri jejak masa lalu di tanah Sumbawa.
BACA JUGA : Desa Adat Pampang: Warisan Budaya Dayak Kenyah di Samarinda
Sejarah Singkat Kesultanan Bima
Sebelum menjadi kesultanan Islam, Bima merupakan kerajaan bercorak Hindu yang berdiri sejak abad ke-14. Pengaruh Islam mulai masuk pada abad ke-17, di bawa oleh ulama dari Sulawesi Selatan dan Jawa.
Pada masa pemerintahan Raja La Kai, Islam resmi menjadi agama kerajaan, dan sejak itu nama kerajaan berubah menjadi Kesultanan Bima. Raja La Kai kemudian di kenal dengan gelar Sultan Abdul Kahir I, yang menjadi sultan pertama dalam sejarah Bima.
Kesultanan Bima menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai kerajaan besar di Nusantara, seperti Gowa, Ternate, dan Mataram. Pengaruhnya meluas hingga ke wilayah Dompu, Sumbawa, dan bagian timur Indonesia lainnya. Dalam konteks sejarah, Kesultanan Bima di kenal sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, dan pendidikan Islam di kawasan timur Nusantara.
Pendirian Istana Raja Bima (Asi Mbojo)
Istana Raja Bima, atau Asi Mbojo dalam bahasa setempat, didirikan pada tahun 1927 pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin, sultan ke-14 Kesultanan Bima. Bangunan ini menjadi pusat pemerintahan sekaligus tempat tinggal keluarga kerajaan.
Nama Asi Mbojo berasal dari kata “Asi” yang berarti istana, dan “Mbojo” yang merupakan nama lokal untuk Bima. Arsitektur bangunan istana ini memperlihatkan perpaduan antara gaya arsitektur Eropa dan tradisional Bima, yang menunjukkan adaptasi budaya serta pengaruh kolonial pada masa itu.
Setelah masa kemerdekaan Indonesia, istana ini di alihfungsikan menjadi museum daerah, yang kini di kenal sebagai Museum Asi Mbojo, dan menjadi tempat penyimpanan berbagai koleksi peninggalan sejarah Kesultanan Bima.
Arsitektur dan Keunikan Bangunan Istana Raja Bima
Istana Raja Bima memiliki bentuk bangunan dua lantai yang megah dan elegan. Arsitekturnya menunjukkan perpaduan unsur lokal dan kolonial Belanda. Lantai pertama di gunakan sebagai ruang administrasi dan penerimaan tamu, sementara lantai kedua menjadi tempat tinggal keluarga kerajaan.
Beberapa ciri khas arsitektur Istana Raja Bima:
- Dinding tebal dan jendela besar – mencerminkan gaya kolonial Belanda, memberikan sirkulasi udara yang baik di iklim tropis.
- Ukiran tradisional Bima – menghiasi pintu dan jendela, menggambarkan nilai estetika dan simbol-simbol kerajaan.
- Ruang Singgasana – berada di tengah istana dan menjadi tempat penting bagi sultan dalam memimpin upacara adat dan pemerintahan.
- Balairung Utama – di gunakan untuk pertemuan dan perjamuan tamu-tamu penting, termasuk utusan dari kerajaan lain pada masa lampau.
Selain keindahan arsitektur, istana ini juga memiliki halaman luas yang dulu di gunakan untuk upacara adat, pertunjukan seni, dan kegiatan kerajaan.
Koleksi Sejarah di Museum Asi Mbojo
Kini, Istana Raja Bima di fungsikan sebagai Museum Asi Mbojo, yang menyimpan berbagai koleksi berharga peninggalan Kesultanan Bima. Beberapa koleksi penting yang dapat di temukan antara lain:
- Pakaian kebesaran sultan dan permaisuri, lengkap dengan perhiasan adat.
- Senjata tradisional seperti keris, tombak, dan bedil antik.
- Naskah kuno berisi catatan sejarah dan hukum kerajaan.
- Perabot kerajaan, seperti kursi singgasana, meja ukir, dan benda-benda upacara adat.
- Foto dokumentasi para sultan dan kegiatan kerajaan pada masa lalu.
Museum ini juga menjadi pusat edukasi sejarah, tempat para pelajar dan peneliti mempelajari kebudayaan Bima secara mendalam.
Nilai Budaya dan Filosofi Istana Raja Bima
Bagi masyarakat Bima, Istana Raja Bima bukan hanya bangunan bersejarah, tetapi juga simbol identitas dan kebanggaan daerah. Istana ini mencerminkan filosofi kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai adat, agama, dan kehormatan.
Sultan dalam sistem pemerintahan Bima berperan tidak hanya sebagai pemimpin politik, tetapi juga pemimpin spiritual dan penjaga adat istiadat. Nilai-nilai seperti gotong royong, ketaatan terhadap ajaran Islam, dan rasa hormat terhadap pemimpin masih dijunjung tinggi hingga kini.
Melalui pelestarian Istana Bima, generasi muda diajak untuk mengenal sejarah dan memahami pentingnya menjaga warisan leluhur sebagai bagian dari identitas bangsa.
Daya Tarik Wisata Sejarah
Selain nilai historisnya, Istana Raja Bima juga menjadi destinasi wisata unggulan di NTB. Pengunjung dapat menikmati keindahan arsitektur klasik, belajar sejarah kerajaan, serta menyaksikan benda-benda peninggalan bersejarah secara langsung.
Letaknya yang strategis di pusat Kota Bima membuat istana ini mudah dijangkau wisatawan. Setiap tahunnya, istana ini juga menjadi lokasi berbagai acara kebudayaan seperti Festival Lawata dan upacara adat Bima, yang menampilkan seni tari, musik tradisional, dan prosesi kerajaan.
Kesimpulan
Istana Raja Bima atau Asi Mbojo merupakan saksi bisu kejayaan Kesultanan Bima dan menjadi bukti nyata keagungan budaya masyarakat Nusa Tenggara Barat. Keindahan arsitekturnya, nilai sejarahnya yang mendalam, serta koleksi peninggalannya menjadikannya pusat kebanggaan sejarah dan budaya Bima.Lebih dari sekadar bangunan, istana ini adalah simbol identitas dan kearifan lokal, yang terus hidup dalam hati masyarakat hingga kini. Melalui pelestarian dan pengenalan kepada generasi muda, Istana Raja Bima akan tetap berdiri kokoh sebagai warisan berharga bangsa Indonesia.